11/24/2011

Pesta Pernikahan Diatas kepala orang miskin

Acara pernikahan memang merupakan salah satu acara yang sakral.tapi,apakah harus dengan pesta besar yang mewah dan meriah ? Tidak harus bukan,apalagi banyak sekali orang disekitar kita yang hidup dalam garis kemiskinan.itu sama saja dengan mengadakan pesta meriah diatas kepala orang miskin.

pesta pernikahan meriah

Bukan dengan pesta yang meriah,sebuah pernikahan dapat dilangsungkan. yang penting ada kedua mempelai (mempelai pria dan wanita),wali yang menikahkan,dua orang saksi lelaki dan ijab qobul/akad nikah (rukun nikah).

Mengadakan pesta besar dan mewah memang boleh saja, tetapi apakah tepat ? disaat masih banyak sekali orang disekitar kita yang kesulitan untuk sekedar mendapatkan sesuap nasi untuk kelangsungan hidup mereka.

Tahukah anda ! berapa rupiah uang yang dikeluarkan untuk melangsungkan sebuah pesta pernikahan ? Rp.12.000.000.000 (dua belas miliar rupiah) waw,angka yang fantastis bukan.yap,kira-kira itulah gambaran biaya pesta pernikahan yang dilangsungkan dengan pesta yang megah dan meriah.anda pasti sudah menebak pernikahan siapa bukan (Ibas & Alya).

Sekarang,coba anda bayangkan jika uang tersebut digunakan untuk menolong orang yang sedang dalam kesusahan dan membutuhkan lapangan kerja sebagai modal membuka usaha (modal dagang kecil-kecilan). Membuka counter penjualan pulsa atau sekedar untuk modal dagang kaki lima misalnya.

Untuk membuka counter pulsa,pedagang kaki lima atau emperan,berapa rupiah yang dibutuhkan,tahukah anda ?
kita buat saja Rp.10,000,000 (sepuluh juta rupiah) maka,dengan uang dua belas miliar rupiah,berapa ribu orang yang dapat mulai kehidupan mereka menuju kehidupan yang lebih layak dan bukan pengangguran lagi tentunya.

Tapi apa hendak dikata,ini hanyalah tulisan angan-angan kehidupan orang kecil seperti saya.orang yang hidup dalam lingkungan pengangguran dan kemiskinan disekitarnya.Toh,uang-uang mereka sendiri,pesta-pesta mereka sendiri.Peduli amat,amat saja ngga peduli.Yang penting tetap semangat dan maju terus pantang mundur (kaya lagi perang) menuju hidup yang lebih baik tanpa mengharapkan belas kasihan para penguasa yang selalu sibuk berpesta pora.